🇮🇩 Ibunda Rachmawati Soekarnoputri, Pejuang Pemikir-Pemikir Pejuang yang Saya Cintai (Obituari Putri Proklamator RI)

 909 total views

Oleh:
RICKY TAMBA, S.E.
(Aktivis ’98/ Ketua DPP Partai Gerindra Bidang Pemetaan, Basis Pemilih dan TPS)

Read More

Terhenyak dan sangat sedih pagi ini membaca berita berpulangnya Ibunda Hj. Rachmawati Soekarnoputri di berbagai media online dan aplikasi media sosial. Salah satu tokoh bangsa, putri Proklamator RI Ir. Soekarno wafat menghadap Sang Khalik Allah SWT Tuhan YME. Lahul Fatihah chususon Ibunda Hj. Rachmawati Soekarnoputri binti Soekarno.

Mbak Rachma, dulu saya memanggil beliau begitu, tapi seiring bertambah usia, rasa hormat, kagum dan cinta kian bertambah dan saya memutuskan memanggil dengan sebutan Ibunda atau Ibu di tiap kesempatan bertemu.

Saya tak banyak berinteraksi fisik dengan beliau, tetapi di era 2000an terkadang bertemu di kediaman Ibu Rachma di Jatipadang Jakarta Selatan, atau saling telepon dan berbalas pesan singkat (sms) di nomor lama saya +62818702004, khususnya terkait situasi nasional dan update perkembangan riil teman-teman pergerakan, yang biasanya melalui telepon selular almarhum Pak Benny, suami terkasih yang telah wafat lebih dahulu.

Ada satu hal yang selalu saya ingat, sepertinya di tahun 2003. Pasca deklarasikan Koalisi Nasional bersama Panglima Erros Djarot, tak ada angin tak ada hujan tetiba di suatu malam ajudan perempuan Ibu Rachma (lupa namanya, kalau tidak salah Diana) menelpon saya dan menyampaikan pesan ada perintah dari Ibu untuk berkenan datang menjelang tengah malam ke kediaman karena ada hal penting dan rahasia hendak dibicarakan secara 4 mata.

Sebagai seorang anak ideologis, yunior di pergerakan politik, dan pengagum berat Sang Putra Fajar Bung Karno, ini adalah suatu tugas yang mesti dijalankan. Di sepanjang perjalanan bermotor menuju kediaman Ibu Rachma di Jatipadang, perasaan bingung dan kepo (istilah kekinian) terus bergelayut di pikiran saya, ada apa dan kenapa mendadak diperintahkan seperti ini.

Setiba di kediaman Jatipadang, situasi sepi tapi tampak lampu rumah dan seputaran dalam keadaan terang. Bergegas setelah memarkirkan motor, saya masuk ke rumah dari pintu samping garasi seperti biasanya bila ke sana. Ajudan perempuan menyambut dan mempersilahkan saya duduk di ruang tamu tengah sambil menunggu Ibu turun.

Tak menunggu lama, Ibunda Hj. Rachmawati Soekarnoputri datang berbaju hitam favoritnya dan saya berdiri hormat menyalami beliau sambil tersenyum. Hanya kami berdua yang kemudian duduk berhadapan, sementara ajudan dan pengurus rumah tangga menyingkir ke dalam. Rasa penasaran saya kian berkecamuk di tengah malam tersebut.

Ibu Rachma menanyakan kabar, kemudian bercerita tentang perjuangan Bung Karno dan beberapa program perjuangan kebangsaan mendesak yang dipikirkan Ibu. Saya menyimak dan memang banyak bersepakat dengan ulasan beliau, terlebih Bung Karno adalah idola saya bersama Panglima Besar Jenderal Soedirman dan beberapa tokoh bangsa lainnya.

Setelah sekitar setengah jam Ibu menyampaikan pesannya, kemudian masuk berbicara ke hal pokok terpenting. Garis besarnya adalah seperti di bawah ini (kata per kata yang pasti/ letterlijk sudah mulai lupa karena sudah menua). “Mas Ricky, saya membutuhkan Mas Ricky untuk menjadi Sekretaris Jenderal DPP Partai Pelopor, nanti Mas Eko akan jadi Ketua Umum dan saya memikirkan hal strategis sebagai Pembina Partai Pelopor. Saya butuh anak muda yang progresif revolusioner seperti Mas Ricky untuk mengurusi membesarkan partai sebagai alat samen bundeling mewujudkan cita-cita Bung Karno. Mas Ricky tak usah pusing dan bila siap akan diback up full guna kelancaran kerja apapun dan kemana pun Mas Ricky bergerak,” tegas Ibu Rachma.

Kaget luar biasa saya, menatap wajah Ibu Rachma tak berkedip sekian detik, karena antara ‘percaya tak percaya’ mendengarkan permintaan tersebut. Seorang anak muda aktivis sederhana, waktu itu saya baru 27 tahun, diberikan amanah kepercayaan yang sangat besar dari seorang pejuang pemikir-pemikir pejuang yang progresif revolusioner, putri dari Bung Karno, yang sering keliling Indonesia di masa mudanya untuk sowan silaturahim dengan berbagai organisasi seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah dll.

Jujur, waktu itu saya grogi bingung khawatir bangga terharu dlsb bercampur aduk. Kemudian saya berpikir sejenak sambil minum kopi yang disuguhkan. Setelah itu, saya meminta waktu seminggu untuk berpikir dan meminta saran istri, kemudian saya akan melaporkan ke Ibu Rachma jawaban atas perintah rahasia 4 mata tersebut.

Tak lama, beberapa menit kemudian, saya izin pamit undur diri dengan sopan karena waktu beranjak menuju pagi dan Ibu Rachma mesti beristirahat. Seminggu berpikir keras, meminta saran dari istri yang menemani saya dalam suka duka hingga kini, akhirnya saya menyampaikan hasilnya via telepon ke Ibu yakni saya belum siap karena masih banyak problem pribadi yang mesti saya bereskan, juga karena saya masih terikat sebagai kader Partai Rakyat Demokratik (PRD) saat itu. Sungguh tak beretika memang, semestinya saya menghadap beliau lagi tapi saya tak berani bila harus menatap wajah Ibu Rachma menyampaikan hal sedih ketidakmampuan saya ini.

Waktu berjalan, komunikasi dan kontak batin dengan Ibu Rachma terus berjalan. Terlebih saya kagum hormat dengan Ibu yang sangat mewarisi kecerdasan dan keberanian Bung Karno, serta sangat dekat mengayomi banyak golongan. Kediaman di Jatipadang, seperti rumah bagi banyak aktivis politisi kebangsaan kerakyatan khususnya kaum Marhaen Soekarnois seperti saya, juga Ibu sering open house di berbagai momentum.

Seiring waktu, Yayasan Pendidikan Soekarno (YPS) kemudian meresmikan Universitas Bung Karno (UBK) di seputaran Pegangsaan, Menteng, Jakarta Pusat. Kemudian juga saya beberapa kali bertemu dengan Ibu Rachma di acara ormas Nasional Demokrat, acara Partai Gerindra, beberapa diskusi di ruangan beliau di UBK, serta terakhir pernah 2 kali bertemu di Jatipadang, saat masa kampanye Pemilu 2019 lalu, di saat kita akhirnya berada di gerbong besar yang sama yakni Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) bersama Pak Prabowo Subianto.

Ibunda Hj. Rachmawati Soekarnoputri, adalah tokoh hebat, tokoh bangsa, pejuang pemikir-pemikir pejuang yang saya cintai. Banyak orang hebat telah lahir dan tumbuh berkembang hasil didikan beliau. Dan banyak amal soleh lainnya di bidang pendidikan, pergerakan politik, aktivitas sosial dan berbagai sumbangsih yang diberikan Ibu untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang sangat beliau jaga.

Ibu, hari ini kian kuteguhkan tekad akan kuteruskan perintahmu untuk terus berjuang mewujudkan cita-cita Sang Putra Fajar Bung Karno. Bangsa kita adalah bangsa yang besar dan pasti akan bisa melewati berbagai problematika kekinian yakni pandemi Covid19, krisis global dan berbagai musibah bencana, di tengah dunia yang kian tanpa batas dampak kemajuan teknologi digital.

Husnul khotimah, Ibundaku tercinta. Mohon maaf bila ananda Ricky Tamba banyak salah, terlebih kesalahan terbesar pernah tidak menjalankan sebuah perintah Ibu yang sangat penting rahasia. Selamat jalan, istirahat dalam kedamaian, Ibu. Selamat berdiskusi dengan Proklamator RI Bung Karno di atas sana, Ibu. Perjuangan belum selesai! Panta rei!

Ritam98

Way Jepara, Lampung Timur
Sabtu, 3 Juli 2021 🇮🇩

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *