“PROFESSOR SINGAPURA SEBUT PRESIDEN JOKOWI PEMIMPIN JENIUS !!”

 535 total views

GIN, Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendapat pujian sebagai sosok yang jenius, efektif, dan teladan pemerintahan yang baik. Pujian itu datang dari Profesor Kishore Mahbubani yang aktif di Singapura.

Read More

Prof. Mahbubani menulis pandangannya di situs opini Project Syndicate. Ia berkata kesuksesan Presiden Indonesia Joko Widodo pantas mendapatkan apresiasi lebih luas.

“Jokowi telah melakukan banyak hal ketimbang sekadar memerintah dengan kompeten. Ia telah membuat standar baru pemerintahan yang seharusnya dicemburui demokrasi-demokrasi besar lainnya,” tulis Prof. Mahbubani, dikutip Jumat (8/10/2021).

Prof. Mahbubani merupakan peneliti di Asia Research Institute of the National University of Singapore. Ia sering berbicara soal China dan Amerika Serikat. Selain Jokowi, sosok yang ia anggap jenius, yakni mantan Presiden AS Richard Nixon yang lengser akibat skandal Watergate, serta mantan Menlu AS Henry Kissinger yang aktif di masa Perang Vietnam yang berakhir amburadul.

Terkait Indonesia, Prof. Mahbubani menyorot kesuksesan Jokowi dipengaruhi latar belakangnya yang memahami kemiskinan. Program-program Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Pintar dianggap sebagai prestasi.

Ia berkata Jokowi telah menjembatani perbedaan politik di Indonesia. Faktor yang ia sorot adalah Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno yang kini jadi bawahan Jokowi di kabinet, padahal dulu bersaing di pemilu.

Jokowi juga dipuji karena mencegah kebangkitan partai-partai paling “Islami” di Indonesia dengan cara merangkul berbagai pihak. Selain itu, Jokowi dianggap sukses karena meloloskan Omnibus Law.

Terkait masalah ekonomi, menilai utang Indonesia masih rendah di standar internasional, yakni kurang dari 40 persen PDB. Pujian lainnya adalah karena Jokowi pemimpin yang berani menghapus subsidi BBM.

“Pada saat yang sama, Jokowi adalah ekonom yang kuat. Sebagai mantan eksportir furnitur, ia paham tantangan-tantangan yang dihadapi bisnis-bisnis kecil,” ujar Prof. Mahbubani.

“Ia lantas menggunakan popularitasnya untuk mendorong kebijakan-kebijakan yang berat, seperti mereformasi UU buruh yang mengizinkan perusahaan melakukan pengurangan di masa sulit dan menghapus subsidi bahan bakar.”
Program infrastruktur andalan Presiden Jokowi juga dicatat oleh Prof. Mahbubani. Ia menyorot komitmen Jokowi yang memiliki rencana-rencana tegas untuk membangun jalur transportasi di Indonesia.

“Di Sumatera, jalur kereta dengan jarak 2.000 kilometer sedang direncanakan dari Banda Aceh di utara hingga Lampung di selatan. Proyek-proyek lain yang diajukan, yakni jalur kereta 1.000 kilometer di seluruh Sulawesi, dan pengembangan kereta jarak jauh di Kalimantan,” tulis Prof. Mahbubani.

Kesuksesan lainnya adalah jaringan kereta di Jakarta yang meredakan kemacetan. Tol yang dibangun pada 2015-2018 dengan jarak lebih dari 700 kilometer juga disorot.

Prof. Mahbubani berkata Jokowi berhasil meningkatkan peringkat kemudahaan berbisnis Bank Dunia dari peringkat 120 (2014) menjadi 73. Ia menyebut Indonesia seharusnya menikmati lonjakan ekonomi

“Akan tetapi COVID-19 menyerang negara itu dengan keras. Namun, Jokowi bertindak secara dini dan tegas untuk mengamankan 175 juta dosis vaksin bagi populasi 270 juta,” kata Prof. Mahbubani.

“Kebanyakan vaksinnya berasal dari China, dan Jokowi mendapatkan suntikan Sinovac untuk menunjukkan kepercayaan dirinya ke vaksin-vaksin China dan mengirimkan sinyal politik yang lebih luas.”

Prof. Mahbubani pun menegaskan bahwa Jokowi merupakan teladan bagi negara-negara demokrasi di dunia dibandingkan sosok Presiden Donald Trump yang ia anggap penipu.


PROFIL KISHORE MAHBUBANI

Kishore Mahbubani, profesor dari National University of Singapore, memuji Presiden Jokowi sebagai sosok pemimpin yang jenius. Kishore Mahbubani dikenal sebagai pemikir global yang juga pernah menjadi diplomat.
Dikutip dari situs pribadinya, Kishore Mahbubani bisa dibilang cukup beruntung karena bisa menikmati dua karir yang berbeda, dunia diplomasi (1971 hingga 2004) dan di bidang akademis (2004 hingga 2019). Dia adalah seorang penulis yang telah berbicara di berbagai negara.

Di bidang diplomasi, ia bekerja di Singapore Foreign Service selama 33 tahun (1971 hingga 2004). Dia pernah ditempatkan di Kamboja, Malaysia, Washington DC dan New York, di mana dia dua kali menjadi Duta Besar Singapura untuk PBB dan menjabat Presiden Dewan Keamanan PBB pada Januari 2001 dan Mei 2002.

Mahbubani masuk dunia akademis pada 2004, ketika ia ditunjuk sebagai Dekan Pendiri Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew (LKY School), NUS. Dia menjadi Dekan dari 2004 hingga 2017, dan Profesor dalam Praktik Kebijakan Publik dari 2006 hingga 2019.

Pada April 2019, dia terpilih sebagai anggota kehormatan internasional American Academy of Arts and Sciences. Mahbubani dianugerahi Beasiswa Presiden pada 1967. Ia lulus dengan gelar First Class Honours dalam bidang Filsafat dari University of Singapore pada 1971.

Dari Universitas Dalhousie, Kanada, Mahbubani menerima gelar Master di bidang Filsafat pada 1976 dan gelar doktor kehormatan pada 1995. Dia menghabiskan satu tahun sebagai rekan di Pusat Urusan Internasional di Universitas Harvard dari 1991 hingga 1992.

Mahbubani tercatat sebagai satu dari 100 intelektual publik teratas di dunia versi majalah Foreign Policy and Prospect pada September 2005, dan termasuk daftar 50 orang teratas versi Financial Times, Maret 2009, yang akan membentuk perdebatan tentang masa depan kapitalisme. Ia terpilih sebagai salah satu Pemikir Global Kebijakan Luar Negeri pada 2010 dan 2011. Dia dipilih oleh majalah Prospect sebagai salah satu dari 50 pemikir dunia terbaik untuk tahun 2014.

Sumber : Liputan6.com

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *