Tersandung Pandora Papers dan Banyaknya Kader Terjaring OTT KPK, Airlangga Makin Berat Wujudkan Mimpi jadi Presiden

 227 total views

GIN, JAKARTA – Direktur Political and Public Policy Studies (P3S) Jerry Massie menilai, langkah Ketua Umum Golkar, Airlangga Hartato untuk mewujudkan mimpinya sebagai Presiden Republik Indonesia di Pilpres 2024 semakin berat.

Read More

Alasanya menurut Jerry, Airlangga sebagai Ketua Umum terbukti gagal total membawa Golkar sebagai partai “good and clean party” atau partai yang baik dan bersih. Lantaran hampir 4 kali berturut-turut kader Golkar di tangkap KPK.

“Dalam sebulan terakhir, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terhitung telah menjerat beberapa kader Partai Golongan Karya (Golkar). Mereka adalah Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin, Bupati Musi Banyuasin Dodi Reza Alex Noerdin, dan teranyar Bupati Kuansing Andi Putra. Kemudian ada juga kader yang ditangkap Kejagung yakni Alex Noerdin,” ujarnya, Rabu (20/10/2021).

“Saya kira Airlangga tak punya kemampuan membuat partai ini punya integritas. Sebetulnya dia belajar dari mantan Ketua Golkar Setya Novanto yang ditangkap KPK, bahkan mantan Sekjen Idrus Marham sekaligus Menteri Sosial Jokowi. Bagi saya dia sulit menjadi pemimpin Indonesia dan negarawan sejati, programnya pun tak masuk akal apalagi Omnibus Law pilot project Golkar,” tandasnya.

Untuk itu, Jery menyaranakan agar Airlangga tak perlu ngotot nyapres, selain elektabilitas rendah, Airalngga juga dianggap tak ada prestasi apalagi namanya juga tersandung pandora papers. “Saya yakin apapun yang akan di buat Airlangga pasti ambyar dan buyar. Bagaimana mau jadi pemimpin RI-1 tapi partainya. Lupakan mimpi indah jadi presiden,” tegasnya.

Lebih lanjut Jerry mengatakan, Airlangga juga dianggap telah mencoreng nama Jokowi saat media internasional memasukan namanya dalam kasus Pandora. “Belum lagi saat Dia tak jujur ketika terpapar Covid-19. Pemimpin Indonesia ke depan butuh pemimpin yang wise, strong, smart and honest,” tukasnya.

Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga juga berpandangan sama. Berbagai kasus korupsi dan suap yang menjerat para kadernya, kian memperberat langkah Airlangga menuju RI-1. “Kasus dugaan korupsi yang dilakukan para kadernya tentu mencoreng Golkar. Hal ini akan berdampak terhadap elektabilitas Airalngga dan Partai Golkar pada pemilu 2024,” ujarnya, Rabu (20/10/2021).

Laporan Pandora Papers yang mencantumkan nama Airlangga Hartarto dan Luhut Binsar Panjaitan menurutnya juga menambah beban bagi Golkar. Partai berlambang beringin ini menurutnya menanggung beban yang amat berat dalam menyongsong Pileg dan Pilprea 2024.

“Rakyat kerap kejam terhdap partai yang terindikasi korup. Mereka diam-diam akan menghukumnya dengan tidak memilih partai tersebut. Bahkan rentetan dugaan korupsi yang dilakukan kader Golkar tampaknya akan mempersulit Airlangga Hartarto dalam kontestasi pilpres 2024. Keinginan Golkar untuk mengusung Airlangga kiranya akan terganjal dengan banyaknya kader tersandung korupsi,” tandasnya.

Jika kasus suap dan korupsi terus menjerat kader Golkar, menurut Dekan FIKOM IISIP Jakarta 1996- 1999 itu, akan semakin mempersulit Golkar dalam upayanya mengerek elektabilitas Airlangga. “Masyarakat akan punya persepsi negatif terhadap Golkar, termasuk ketua umumnya, bila kasus korupsi terus menimpa kadernya. Rentetan kasus tersebut tentu membuat Golkar perlu melakukan langkah preventif. Internal Golkar harus melakukan koreksi total dengan melakukan sanksi yang setimpal terhadap kader yang koruptif,” sarannya.

Kader yang diduga korupsi menurutnya juga perlu diberi sanksi yang tegas. Pemecatan harus dilakukan agar Golkar tidak dinilai melindungi kader yang koruptif. “Selain itu, rakyat harus diberi informasi terkait kasus-kasus tersebut agar memiliki pemahaman yang utuh. Hal ini diperlukan agar rakyat tidak menilai berdasarkan persepsi masing-masing. Langkah-langkah itu perlu dilakukan untuk menyelamatkan Golkar dari kehancuran akibat ulah segelintir kadernya. Kalu tidak, Golkar akan terpuruk pada pemilu 2024,” pungkasnya.

Sementara itu, Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin mengatakan, saat ini Golkar dianggap sebagai partai yang kuat. Walau pun capresnya yang juga Ketua Umumnya Airlangga dari segi elektabilitasnya masih rendah.

“Namun begitu, menurut saya semua bisa terjadi, bisa saja lambat laun elektabilitasnya bisa naik dan merangkak. Golkar partai yang punya pengalaman, walaupun banyak kasus korupsi mendera kadernya, tapi Golkar masih tetap eksis. Kasus-kasus korupsi yang menimpa kader Golkar saat ini, bisa saja secara politik untuk melemahkan Golkar, dan bisa saja memang terkait Pemilu 2024,” urainya.

“Golkar sudah terbiasa menghadapi persoalan korupsi. Sudah imun terhadap persoalan korupsi. Namun jika tak segera diantisipasi, maka akan merugikan citra partai dan capresnya dalam menghadapi Pemilu 2024,” pungkasnya.***

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *