Situs Sejarah Cagar Budaya Warisan Masa Lalu, Makam Raja Tamiang Yang Perlu Perhatian…..!

 290 total views

Aceh- Aceh Tamiang –Global Investigasi news- Peninggalan sejarah sangat penting untuk di lestarikan, tidak saja  berupa Candi dan arca, benteng peninggalan belanda, monumen, prasasti, tetapi juga makam kerajaan peninggalan bersejarah, yang usianya ratusan tahun harus dipelihara dan dirawat sebagai pewaris generasi masa lalu, yang saat ini dengan perkembangan Zaman, kebudayaan lambat laun akan hilang.

Read More

Padahal situs sejarah ini merupakan warisan dari generasi masa lalu dinilai penting bagi perkembangan arkeologi, arsitektur serta ilmu pengetahuan dan teknologi budaya. Hal ini yang di sampaikan Bahkrani, SE., juga selaku Kepala Mukim Alur Jambu Kecamatan Bandar Pusaka, bersama awak Media saat berkunjung ke makam Pucook Suloh, yang panjangnya lebih kurang 9 meter merupakan makam Raja pertama dari Kerajaan Aceh Tamiang yang terletak di Kampung (Desa-red) Pematang Durian Kecamatan Sekrak, Kabupaten aceh Tamiang. Minggu (25/09/2022).

Saat berkunjung ke makam tersebut, Bahkrani, sebagai pemerhati situs bersejarah menyebutkan “Bahwa raja Pucook Suloh Raja Tamiang pertama dalam sejarah yang menjadi Raja pada tahun 1190 – 1256, setelah mangkat, pada tahun itu juga 1256 digantikan oleh Putra Mahkota yang bernama Raja PoPala, dari 1256 – 1278, yang saat ini makam tersebut berada di Tanjung Gelompang Kecamatan Sekrak, setelah wafat di gantikan oleh Putra Mahkota Raja Dewangsa, di masaPemerintahannya dari tahun 1278-1300, setelah beliau mangkat digantikan Putra Mahkota Raja Po Dinok, dari tahun 1300–1330 yang makamnya berada di Kebun Tengah Bukit Rata Kabupaten aceh Tamiang”, sebutnya.

Sebelumnya, Kampung ini lahir ucap Bankrani, pada tahun 1968, dan tempat (Makam) ini, dahulunya masi hutan rimba, didalam sejarah yang ditulis oleh H. Jainudin, bahwa Raja Pucook Suloh ini, menjalankan Pemerintahan sebagai Raja Tamiang pertama tahun 1190 – 1256, makam yang panjang lebih kurang 9 Meter, terletak dipinggir Sungai Suluman yang tidak jauh dari Sungai yang mengalir di Sungai besar (Sulum) sebutan masyarakat setempat, yang dulu di sebut Sungai Suluman.

Pemerhati bersejarah, juga mengungkapkan “Menemukan makam yang panjangnya lebih kurang 9 Meter ini setelah membaca sejarah dalam buku yang dikarang oleh H. Jainudin bahwa, Raja Tamiang pertama Pucook Suloh, saya temukan pada tahun 1994. Sebelumnya masyarakat setempat menganggab makam keramat (Karomah). Sejarahnya mereka tidak mengetahui bahwa ini makam Raja, tetapi dalam sejarah ini makam Raja. Kemudian masyarakat setempat memuliakan sebagai makam Keramat. Dan setiap tahunnya empat Hari Raya Idul Fitri dari masyarakat setempat mengadakan Kenduri di makam ini untuk berdo’a bersama”, ungkap Bahkrani.

Bahkrani, menambahkan “Pada tahun 1998 dari photo batu nisan tersebut, kita bawah ke arkeologi Dinas Kebudayaan (Dikbud) Provinsi Aceh, dan mereka mengatakan bahwa batu nisan tersebut, dari Abad ke 12 antara 1100–1200 tahun yang silam”, tambahnya.

Bahkrani, selaku pemerhati bersejarah juga menuturkan “Sampai hari ini belum ada pemugaran, dari Pemerintah daerah, tetapi karena saya selaku pemerhati dari pada situs bersejarah, bahwa tanpa sejarah yang awalnya kita tidak mengetahui bagaimana asal usulnya, karena hoby, sehingga kita mengetahui Tamiang memiliki Sejarah yang lengkap dengan bukti otentik dari makam, dan bukan legenda. 

“Makam yang kita temukan Insaallah ini tidak salah, tuturnya, berharap kedepan dari Pemerintah Kabupaten maupun Provinsi untuk membugar tempat ini karena merupakan situs sejarah yang perlu kita pelihara dan dilestarikan untuk menjadi warisan generasi penerus khususnya Putra/i Aceh Tamiang, sehingga nantinya menjadikan Cagar budaya tempat Wisata sejarah. Dengan adanya kerja sama dengan semua pihak bagaimana bisa membangun untuk mengangkat situs bersejarah yang ada di Aceh Tamiang”, harap Bahkrani.

Dari pantauan awak media, dari makam Raja Pucook Suloh tersebut, juga ada bangunan panggung Rumah Sulok tempat berzikir Tuan Syeh dari Busilam Tanjung Pura, masyarakat menyapanya Tuan guru Zulham, yang di bangun pada tahun 2020, dan di tahun 2021 baru diaktifkan tentang pembelajaran. bangunan yang sangat miris dari depan dan sisi samping tidak berdinding, dengan swadaya masyarakat yang terbatas berharap, ada perhatian dari Pemerintah daerah, baik dari daerah Kabupaten maupun Provinsi, untuk bisa membugar Rumah Sulok tempat berzikir dari masyarakat sekitarnya, yang nantinya lebih baik dan layak”, pungkas Bahkrani menghakiri. (E/RE).

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *