Senin 12 Agustus 2024
Jayapura, globalinvestigasinews.com – Apresiasi dan ungkapan terima kasih datang dari Ketua LSM WGAB Papua, Yerri Basri Mak, SH,MH, atas dedikasi dan pengorbanan seorang Aloysius Giyai Direktur RSUD Jayapura, Rumah Sakit Induk tersebut kini mengalami peningkatan signifikan walau dengan keterbatas anggaran fasilitas penunjang dan pelayanan kesehatan tetap terjaga dan semakin hari semakin membaik.
Hal tersebut ia sampaikan usai membesuk kerabatnya yang sementara masih dirawat diruang Penyakit Dalam Pria. Ia juga menyempatkan diri mampir diruang IGD dan melihat sendiri proses penanganan pasien gawat darurat yang ditangani begitu cepat. Hal tersebut tentu membuktikan betapa seriusnya seorang Direktur RSUD Jayapura, Dr.Drg. Aloysius Giyai, M.Kes yang cekatan dan penuh perhatian.
Meski dengan keterbatasan anggaran yang dimiliki yang dikabarkan hanya memperoleh 22 Miliar dari APBD Provinsi Papua, yang mana nilainya mengalami penurunan dratis jauh dari tahun-tahun sebelumnya, tetapi hal tersebut tidak menjadi alasan dalam meningkatan profesionalitas dan efektivitas kerja para tenaga medis di Rumah Sakit Rujukan tertinggi di Papua itu.
” Saya jujur kagum dan bangga melihat dan merasakan sendiri proses pelayanan di rumah sakit Dok 2 Jayapura sungguh luar biasa, ini hal yang patut kita apresiasi. Saya yakin, semua ini karena pemimpin di rumah sakit itu, maksud saya direktur Aloysius Giyai. Kitakan tahu beliau paling berpengalaman, bukan saja dibidang kesehatan tetapi didunia pemerintahan orangnya handal tidak perlu diragukan lagi,” timpal Yerri.
Dirinya juga menepis isu-isu yang tidak membangun seputar kinerja AG sebagai direktur. Baginya, kelompok yang berusaha mencari cari kesalahan untuk meredupkan karir sang direktur adalah mereka yang hidupnya dipenuhi kebencian dan sakit hati, serta tidak suka menceritakan kebenaran dan realita yang ada.
Yerri juga menceritakan pengalamannya tahun 2023 lalu, saat itu ia mengalami dehidrasi hebat dengan (Hb) dibawah 5 gram/dl dan harus dirawat di IGD kurang lebih 2 Minggu lamanya, namun berkat kesigapan petugas di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD), dirinya bisa tertolong dan luput dari ketakutan yang menghantuinya.
” Saya ada mendengar isu-isu negatif dari kelompok yang mungkin cintanya sama kebencian dan sakit hati, yang tidak suka menceritakan kebenaran sebuah fakta. Saya mau katakan disini, sebelum kaka Aloysius Giyai kembali ke posisinya sebagai direktur RSUD Dok 2 Jayapura, saat itu fasilitas pendukung kerja medis dan proses pelayanan pasien kacau balau. Nanti setelah kaka Alo dipercayakan kembali oleh Pj Gubernur Ridwan Rumasukun untuk menjabat sebagai direktur kembali pada Mei 2023 yang lalu, barulah mulai nampak perubahan, dan itu adalah kebenaran bukan mengada ngada.
Saya juga masih hidup ini karena Tuhan dan karena pelayanan di RSUD Jayapura yang sangat maksimal saat saya dirawat di IGD karena kurang darah/dehidrasi. Bayangkan saja, saat itu Hb saya turun 5 gram dan untuk ukuran medis seharusnya tidak bisa selamat, tetapi karena Tuhan Yesus baik saya bisa ditolong. Dan saya yakin Itu semua karena direkturnya adalah orang yang benar-benar diberkati Tuhan untuk melayani dan untuk mendedikasikan hidupnya kepada semua orang, juga untuk membenahi semua proses pelayanan kesehatan di RSUD Jayapura khususnya dan diseluruh pelosok tanah Papua yang kita cintai ini,” ungkapnya.
Ia juga menyampaikan keprihatinannya dan bertanya tanya setelah mengetahui nominal anggaran yang diperuntukan Pemerintah Provinsi Papua untuk menunjang program pelayanan di RSUD Jayapura yang notabanenya sebagai Rumah Sakit Rujukan tertinggi di Papua tetapi bisa salah dalam mengakumulasi Pagu Anggaran yang seharusnya diberikan, mengingat beban belanja dengan tingkat kesibukan dan stimulus tenaga kesehatan yang besar, otomatis membutuhkan biaya yang tidak sedikit sehingga perlu mendapat kajian ulang dari pemerintah juga pertimbangan DPRD karena dampaknya pada kinerja pegawai kesehatan di RSUD Jayapura itu sendiri.
” Ini bukan rumah sakit skala kecil yg ruang geraknya seputar kota/kabupaten. Ini rumah sakit rujukan tertinggi di Papua, sehingga bagi saya nilai 22M untuk tahun anggaran 2024 ini terlalu kecil, ini akan berdampak pada efektivitas dan produktivitas pegawai. Belanja teknologi kesehatan bukan harga yang murah, ini membutuhkan biaya besar belum lagi yang lain-lain. Sehingga saya kira sudah seharusnya Pemerintah Provinsi Papua dalam hal ini Pj Gubernur Mayjen Ramses Limbong dan DPRD dapat mencari solusi supaya nilai 22 Miliar tadi angkanya bisa berubah menjadi ratusan gitu,” kata dia.
Dengan anggaran yang amat disayangkan, pelayanan RSUD Jayapura terus maksimal walau gejolak tidak bisa dipungkiri. Komitmen AG dalam memantapkan kinerja dan pelayanannya kepada masyarakat tetap menjadi Number One, untuk itulah dirinya terpanggil berbuat yang terbaik, dengan kerendahan hati ada kesungguhan mengabdi dalam juang untuk Masyarakat Nusa dan Bangsa. (Nando)