Jumat 13 September 2024
Jayapura,globalinvestigasinews.com – Hajatan Pemilukada serentak ditanah air tidak lama lagi, politisasi identitas semakin diragukan dapat merusak Kebinekaan kita sebagai bangsa yang berpondasi demokrasi tanpa memilah-milah meskipun penuh kompleksitas rasionalitas kita merespon pilihan tanpa harus membeda-bedakan.
Demikian hal tersebut disampaikan Ketua LSM WGAB, Yerri Basri Mak, SH.MH yang juga seorang aktivis kepada media Global Investigasi News.com, Jumat (13/9/). Setelah melihat banyaknya cuitan dimedia sosial bernuansa sara yang mengarah pada pembunuhan karakter beberapa kandidat di Papua, entah Calon Gubernur, Bupati maupun Walikota.
” Saya melihat dimedia sosial ” TikTok”, para netizen dari 2 kubu saling senggol senggolan. Para pendukung A dan B saling menjatuhkan. Inikan tidak kita inginkan, sebab arahnya pada politisasi identitas. Hal ini pastinya dimaksudkan untuk melemahkan elektabilitas lawan politik dan tidak mereka sadari dapat membuka ruang terjadinya intoleransi yang bisa merusak esensi dari demokrasi kita.
Yerri melanjutkan, implikasi dari politisasi identitas jelas sangat bertolakbelakang dengan paham demokrasi yang kita anut, sebab landasan dan ruang pelaksanaan prinsip mengacu pada persamaan derajat, dimana Duduk sama rendah Berdiri sama tinggi.
Bertolak dari hal tersebut, Saya kira penguatan kapasitas untuk menumbuhkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat perlu dilakukan pemerintah sebelum hari penyelenggaraan tiba. Ini memungkinkan hadirnya harmoni didalam perbedaan yang menyatukan tetapi juga menyejukan” katanya.
Sementara bila melihat pada fakta, praktik politisasi identitas dalam pemilu telah menciptakan pembelahan atau polarisasi dan itu terjadi dibelahan dunia ini, lambat laun melahirkan situasi sosio-kultural yang intoleran lagi diskriminatif, hal yang tentu tidak kita inginkan bersama.
Berkaca dari pengalaman, mengakhiri itu Yerri berpesan agar masyarakat pemilih bisa lebih dewasa dalam menentukan pilihan tanpa tersentuh bujuk rayu seseorang, atau tim pemenangan kandidat tertentu dengan semua pengaruhnya hanya untuk menarik simpati terhadap calon yang di idolakannya.
Ia juga berpesan kepada masyarakat agar situasi politik di Papua menjelang Pemilu bisa terjaga aman dan damai. Hal-hal pemantik perpecahan seperti politisasi identitas tadi dapat ditinggalkan karena bisa merusak hubungan persaudaraan dan kerukunan umat beragama.
” Menghadapi dinamika politik Pilkada ditanah Papua, kita semua berharap masyarakat bisa lebih cerdas dalam menentukan arah pilihannya dan tidak termotivasi oleh ajakan seseorang atau kelompok pemenangan tertentu, apalagi yang sifatnya negatif mau mempengaruhi. Tetapi lebih bijaknya mengikuti kata hati, kepada siapa suara ini Saya berikan,” pungkas Ketua LSM WGAB Papua. (Nando)