“Bod**, Misk**, Sekarang Katakan Mony**, Ada Apa Dengan VBL Dan Sumba !?”

 360 total views

Oleh : Rian Umbu (Seorang Anak Petani Dari Sumba)

Read More

Sumba Barat Daya NTT, GlobalInvestigasinews.com – Masihkah kita ingat bersama kalah itu? Ketika orang nomor satu di Nusa Tenggara Timur,Victor Laiskodat menggelontarkan pernyataan yang menimbulkan kontraversi? Dengan nada lantang menyebut pulau Timor dan Sumba sebagai penyumbang terbesar kebodohan dan kemiskinan? Pernyataan itu pun berbuntut panjang dan menimbulkan kontraversi di lingkungan masyarakat.

Pernyataan itu pun bisa dinilai tidak beretika dan tidak pantas diucapkan oleh pejabat publik tanpa memberi solusi yang bisa memotivasi rakyatnya dalam mengurangi angka kemiskinan dan kebodohan yang dilontarkannya.

Seharusnya Gubernur NTT yang paham bahwa banyak rakyatnya banyak yang miskin dan bodoh.Tetapi jika dia tahu masyarakatnya miskin dan bodoh maka seharusnya pak gubernur mestinya buat program inovasi baru agar yang miskin dan bodoh hilang dari bumi marapu ini.

Sebelumnya,saya apresiasi bapak Gubernur yang telah mempunyai niat baik berkunjung di bumi marapu ini.Saya percaya bahwa bapak mempunyai kepedulian tinggi untuk membangun NTT dari ujung pulau sabana ini. Namun sayangnya,saya perlu kritisi pernyataan bapak dalam mengedukasi masyarakat yang TIDAK bersekolah dengan cara yang salah. Maaf bapak, saya harus mengatakan itu cara yang salah.

Lagi,Lagi,Lagi dan Lagi, Kontraversi Lagi, Kerjanya Itu Saja!

Pejabat yang mempunyai kekuasaan tertinggi di Wilayah NTT itu menggelontarkan pernyataan dengan menggunakan diksi yang menimbulkan kepercayaan publik pupus. Pasalnya, pejabat public yang baru-baru ini sudah menyelesaikan gelar S3 itu menyebut masyarakatnya di Pulau Sumba dengan sebutan “Monyet”. Bukan hanya itu, pernyataan lain yang diucapkannya juga bisa dikatakan bentuk intimidasi yang menakut-nakutkan masyarakat dengan kekuasaan.

Berbagai kritikan terhadap pernyataannya membludak.Benar-benar melukai hati masyarakat kecil.Diancam,memanfaatkan kekuasaan untuk mengintinidasi rakyat jelata.

“Kau jangan bantah-bantah,nanti saya bangun saya falungku (pukul) kau,”Begitulah kutipan kalimat tak senonoh dari pejabat publik itu dalam video yang sedang beredar luas.

Entah tidak sadar atau mungkin sadar dalam memilih diksi itu,masih menjadi misteri bersama.Sebutan itu sudah menyakiti hati masyarakat adat Sumba Timur pada khususnya,pada umumnya masyarakat Sumba.Diksi yang digunakan olehnya sangat menyakiti batin dan perasaan masyarakat kecil di pelosok Negeri ini.

Pak Gubernur yang terhormat,sadarkah bapak ketika saat itu menyebut pulau sumba penyumbang kemiskinan dan kebodohan?Lalu kenapa sekarang bapak datang marah-marah di wilayah ini dengan sikap yang sama sekali tidak beretika?.

“MONYET” Kata yang kasar untuk masyarakat Sumba

Kata”Monyet” mestinya diucapkan pada hewan yang memiliki nama itu, bukan sapaan untuk khalayak manusia. Bukan kepada masyarakat kecil.Kata ini, pernah saya mendengar ketika ada pejabat public lainnya yang menyebut salah satu suku di Negara Indonesia seperti “Monyet”.Saat itu pun, ucapan itu langsung mendapat respon dari warga Negara dikarenakan ucapan itu disebut salah satu bentuk RASIS.

Pak Gubernur,tolonglah kalau berdialog dengan rakyatmu, hindarilah kata-kata yang tidak senonoh.Benar pak,kita (NTT) pada umumnya perlu didikan yang “keras”untuk membangun provinsi ini, baik dari sisi SDM dan SDA nya.Namun,tolonglah gunakan diksi yang bisa membuat kami rakyatmu teredukasi bukan menimbulkan kontraveesi dari didikanmu itu.

Pak Gubernur,apakah pak sadar bahwa semenjak bapak menjabati jabatan tertinggi itu karena kepercayaan rakyatmu untuk membawa NTT lebih baik? Lalu kenapa sekarang pak tidak pernah mengevaluasi kinerja pak yang sudah menyentuh masyarakat Sumba?.

Ada apa sebenarnya Gubernur NTT dengan pulau Sumba? Mengapa Pulau kecil ini selalu saja mendapatkan perhatian yang salah dari pak Gubernur? Sangat disayangkan pak atas video yang telah beredar luas itu pak.Pak tahu tidak, betapa rendah hatinya tokoh adat itu dalam menyanggah setiap pembicaraan bapak. Walaupun dalam situasi tegang,tokoh itu tetap saja menjaga kata-katanya dalam bertutur pak.Tidak seperti pak yang berani menggelontarkan pernyataan yang sangat memalukan.

Kami hanya berharap,Pak Gubernur segera meminta maaf,kalau kata maaf berat terucap, kami mohon pak bangun komunikasi yang baik untuk membuat suasana kondusif kembali. Sehingga, apa yang menjadi menjadi mimpi bersama untuk NTT dapat terwujud pak.

Global

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *