Kontribusi Kelentukan (Flexibility) Bahu Terhadap Gerakan Handspring Dalam Senam Lantai Bagi Atlet Pemula Usia 11-12 Tahun

 119 total views

Artikel oleh: Azis Suyana Putra, S.Pd

Read More

Global Investigasi News-Pangandaran Perkembangan olahraga atau
kegiatan jasmani ini telah menjadi
fenomena yang muncul akibat
perkembangan dunia yang
semakin maju, setiap orang
mencari hal yang baru dan setiap
orang membutuhkan sesuatu yang
lain dari yang lain.

Namun untuk meluruskannya, merupakan tugas dan tanggung jawab guru pendidikan jasmani, apakah
itu dalam bentuk penjelasan teoritis maupun dengan
dengan penerapan dalam praktek yang benar yang
memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku.

Senam atau gymnastik merupakan suatu sistem
latihan yang dilakukan untuk meningkatkan
pengembangan fisik melalui latihan tubuh. Istilah
ini muncul dari kata yunani (gymnos yang berarti
telanjang dan gymnazzien yang berarti berlatih
tanpa menggunakan busana).

Senam pertama kali muncul pada masyarakat
skalvia (para budak) dan di anggap sebagai kegiatan
yang diperuntukkan bagi laki-laki, oleh karena itu
kegiatan ini bersifat kemiliteran terutama bagi
remaja.

Dalam keemasan yunani, senam meliputi semua
bidang kegiatan yang dikenal saat itu seperti latihan
tubuh, dan juga tari, menunggang kuda serta latihan
tubuh untuk tujuan militer. Tempat latihannya
disebut gymnasium. Secara bertahap pengertian
tersebut mulai menyempit dan lebih mengarah
kepada tujuan normalisasi atau untuk tujuan
keselarasan (ausgleich), kesehatan dan prestasi.

Berbicara masalah prestasi, banyak hal yang perlu
diperhatikan atau dilatih diantaranya ialah : terdapat
empat faktor latihan yang harus mendapat porsi
yaitu :

  1. Latihan fisik
    Karena tanpa kondisi fisik yang baik atlet tidak
    akan dapat mengikuti latihan-latihan dengan
    sempurna.
  2. Latihan teknik
    Bentuk latihan-latihan untuk mempermahir
    teknik-teknik gerakan gerakan yang diperlukan
    untuk mampu melakukan cabang olahraga yang
    ditekuni atlet, misalnya teknik memukul
    diantaranya smash, drop shot, lob dan lain-lain.
  3. Latihan strategi
    Latihan yang bertujuan menumbuh kembangkan
    intervretive atau daya tafsir pada atlet. Teknikteknik yang sudah dikuasai dituangkan dan
    diorganisir dalam permainan, strategi
    menyerang dan bertahan.
  4. Latihan mental
    Latihan-latihan yang lebih menekankan pada
    perkembangan kedewasaan (maturitas) atlet
    serta perkembangan emosional dan impulsif.

Seperti disebutkan di atas, untuk dapat berprestasi
dalam salah satu cabang olahraga, salah satu unsur yang menunjang dan boleh dikatakan dominan yaitu
unsur kemampuan fisik, hal tersebut sejalan dengan
yang dikemukakan oleh Suhendar (2000:6) yang
menyatakan sebagai berikut :

“Bagaimanapun sempurnanya seorang atlet
menguasai teknik cabang olahraga, apabila tidak
didukung oleh kondisi fisik yang prima teknik
tersebut tidak akan dapat dilakukan secara efektif
dan efesien”.

Kemampuan fisik merupakan salah satu syarat yang paling penting untuk meningkatkan prestasi, dan
bahkan sebagai keperluan yang cukup mendasar
untuk meraih prestasi, sebab seorang atlet tidak
akan sampai ke puncak prestasi bila tidak didukung
oleh kemampuan fisik yang baik.

Kemampuan fisik yang baik tidak dapat dicapai hanya melalui latihan olahraga itu sendiri, tetapi
harus dipersiapkan secara khusus. Beberapa usaha
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan fisik antara lain :

  1. Latihan yang kontinyu secara teratur sesuai
    dengan program latihan.
  2. Beban latihan harus meningkat sedikit demi
    sedikit.

Mengenai pentingnya kemampuan fisik Harsono
(1988:153) menyebutkan pentingnya kondisi fisik,
sebagai berikut :

Kalau kondisi fisik baik maka:

  1. Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem
    sirkulasi dan kerja jantung.
  2. Akan ada peningkatan dalam kekuatan,
    kelentukan, stamina, kecepatan dan lain-lain
    kondisi fisik.
  3. Akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada
    waktu latihan.
  4. Akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam
    organ-organ tubuh setelah latihan.
  5. Akan ada respons yang cepat dari organisme
    tubuh kita apabila respons demikian diperlukan.

Berasumsi dari pendapat di atas, demikian
pentingnya dukungan kondisi fisik, terhadap
performance seorang atlet.
Selanjutnya Harsono (1988:100) menyebutkan
unsur kemampuan fisik sebagai berikut :

  1. Daya tahan cardiovaskuler
  2. Daya tahan otot
  3. Kekuatan otot (Strength)
  4. Kelentukan (Flexibility)
  5. Kecepatan
  6. Stamina
  7. Kelincahan (Agility)
  8. Power

Salah satu unsur kemampuan fisik yang menjadi
bahan kajian penulis ialah kelentukan. Kelentukan (Flexibility) merupakan kondisi fisik yang banyak
menentukan keberhasilan dalam gerakan. Dalam senam, dikemukakan oleh Sayuti Syahara
(2010:1.4) “ Kelentukan mendapatkan porsi 20%
dari semua komponen fisik yang ada”.

Dari kutipan di atas, begitu dominannya unsur
kelentukan dalam olahraga senam. Kelentukan
diartikan sebagai range of movement yaitu
keleluasaan gerakan sendi atau dari beberapal
persendian tubuh.
Kelentukan
(Flexibility), menurut Harsono
(1988:163) ialah “Kemampuan untuk melakukan
gerakan dalam ruang gerak sendi”.

Kelentukan (Felxibility) mengacu pada ruang gerak
sendi, lentuk tidaknya seseorang ditentukan oleh luas sempitnya ruang gerak sendi. Makin luas ruang
gerak sendi seseorang maka makin mudaj ia bergerak kesegala arah. Makin efesien dan benar
secara mekanis, misalnya orang yang terampil melakukan gerakan hand spring, maka ia mampu
antara lain melakukan gerakan hand spring dengan
gerakan yang benar dan melakukannya secara
efesien.

Hidayat (1990:5) menjelaskan gerakan itu efesien
bila :

  1. Kelompok otot yang besar bekerja lebih dahulu.
  2. Melakukan kegiatan/tugas dengan penuh gairah.
  3. Mengeluarkan tenaga secara intelegen, artinya
    ada :
     Koordinasi yang baik, dan
     Saat/timing yang tepat
  4. Bergerak secara proposional, artinya dilakukan
    dengan :
     Ekonomis,dan
     Adanya Otomatisasi

Efesiensi erat kaitannya dengan kesempurnaan
gerak dan keindahan gerak. Sebaiknya gerakan
yang tidak efesien, menurut Hidayat (1990:5) ialah:

  1. Penghambatan tenaga dan ketegangan yang
    berlebihan.
  2. Kelelahan fisik yang terlalu cepat, dan kelelahan psikis.
  3. Kelesuan.
  4. Rasa nyeri.
  5. Frustasi.

Salah satu unsur kemampuan fisik yang cukup
penting dalam upaya melakukan gerakan
handspring disamping unsur-unsur yang lain
adalah kelentukan (flexibility), terutama kelentukan
pada bahu.

Jika dianalisis untuk dapat menguasai teknik
gerakan handspring, sebelumnya harus dapat
melakukan gerakan handstand, sedangkan untuk
sampai pada ke sikap handstand yang baik,
sebaiknya atlet pemula usia 11-12 tahun harus
memiliki persyaratan seperti :

  1. memiliki kekuatan pada otot bahu, lengan dan
    tungkai. Kekuatan diperluakan untuk
    meluruskan seluruh panjang tubuh dengan baik.
  2. Memiliki kelentukan pada persendian bahu.
    Sudut lengan togol yang diharapkan dalam
    handstand 180°.

Apabila kedua pesyaratan tersebut sudah dapat
dipenuhi oleh atlet pemula usia 11-12 tahun, maka
handstand yang menuntut gerakan stastis sudah
dapat dilakukan. Kemudian jika gerakan handstand sudah dapat dilakukan maka penguasaan teknik
handspring pun diperkirakan tidak sesulit orang
yang tidak menguasai gerakan handstand. (Red- Na. Ch)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *