Satu Lagi Mutiara Hitam Asal Kabupaten Aceh Tamiang Mulai Tergali Keunikannya

 1,465 total views

Global Investigasi news co.id Aceh Tamiang
Kampung Blang Kandis Kecamatan Bandar Pusaka, Kabupaten Aceh Tamiang, ditempat itulah
Sulianto yang akrab disapa Anto, kelahiran Blang Kandis 30 November 1989, yaitu 31 tahun lalu, merupakan anak dari pasangan Miswan dan Samini, memiliki empat orang bersaudara, menamatkan sekolah Madrasah Aliyah Swasta
(MAS) Blang Kandis tahun 2008.

Read More

Tubuhnya yang tidak tumbuh seperti anak lainnya, pernah membuat dirinya minder dan saat masih kecil rekan-rekan suka mengejek, namun seiring berjalannya waktu banyak orang-orang terus menghargai keberadaan saya,”ungkap Anto ketika ditemui dirumah orangtuanya yang saat itu dirinya lagi asyik mengerjakan miniatur kapal layar pada Minggu (09/02/2020).

Ketika ditanya sudah berapa lama mas Anto menggeluti kegiatan ini, dengan sangat jujur disampaikan nya,”mungkin sekitar satu tahun setengahlah, dan jumlah karya lebih kurang ada 35 unit,”ungkap Pemuda yang ketika ditemui menggunakan kaos oblong, celana jeans, memakai jam tangan dan menggunakan aksesoris kalung besi putih.

“Awal mula menekuni kerajinan miniatur ini, tidak di sengaja, waktu itu saya ikut dengan Pak Tri sapaan akrab Sertu Tri Mulyadi Babinsa Koramil 05/Thu Kodim 0117/Aceh Tamiang sedang memberikan pengajaran membuat popor (gagang) senapan, kemudian keperluan untuk bahan baku kegiatan tersebut habis, dan selanjutnya dia mengajarkan membuat kerajinan kapal yang s
akhirnya terus berkembang keberbagai model lainnya.

Anto selain ahli membuat miniatur, dia juga mampu berkendara dengan sepeda motor matic dan ia juga menyampaikan,”sehari-harinya saya bekerja sebagai Penderes kebun karet milik orangtua dengan luas sekitar 1 hektar, sedangkan untuk pengerjaan miniatur kapal layar yang kecil sekitar empat hari, dan kapal besar memakan waktu tujuh hari dilakukan pada siang sampai sore,”jelasnya sambil terus merapikan miniatur kapal layar, sembari disebutkannya, ini untuk persiapan ulang tahun Tamiang.

Sulianto menambahkan,”untuk pembuatan miniatur menggunakan bahan dari kayu Pulai, dan mungkin orang bertanya, kenapa bisa kayu itu, apakah yang lain nggak bisa. Beberapa bahan dari kayu bisa digunakan untuk pembuatan miniatur, namun kayu Pulai ini banyak terdapat di kebun serta sawah dan merupakan tanaman perusak,”tegasnya dengan nada penuh bersahabat.

Sulianto juga menambahkan,”semua
peralatan yang digunakan masih sangat sederhana, seperti gergaji, pisau, parang, potongan kuku, merekalah yang selalu menemani saya dalam melaksanakan aktivitas dalam pembuatan miniatur. Sebenarnya saya sangat
butuh kompresor, gergaji mesin, mesin ketam, pisau ukir, pahat, bor, gerenda, namun itu hanya sebuah harapan,”ucapnya.

“Walaupun saat ini pemesanan
hanya sebatas momen pameran yang dilakukan Pemerintah dan pemesanan dari beberapa kawan-kawan, tapi sebuah harapan
untuk maju serta dapat terus berkiprah dibidang seni, ingin bisa sampai ke level dunia,”ungkap Anto, sambil berkata, ini kali pertama saya diwawancarai oleh wartawan, sehingga agak sedikit bingung harus mengeluarkan kata-kata.(E/Dhani)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *