Sosialisasi 4 Pilar MPR RI oleh Endro S. Yahman di Pringsewu Barat

 51 total views

Pringsewu,, Anggota MPR/DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Ir. H. Endro S. Yahman, M.Sc., mengadakan acara sosialisasi 4 pilar demokrasi di Kelurahan Pringsewu Barat, Kecamatan Pringsewu, pada hari Minggu (17/03/2024). Acara ini dihadiri oleh warga masyarakat dari berbagai kalangan, termasuk tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pemuda.

Read More

Dalam sambutannya, Endro S. Yahman menyampaikan bahwa sosialisasi 4 pilar demokrasi ini sangat penting untuk dilakukan agar masyarakat memahami dan mengamalkan nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan sehari-hari. 4 pilar demokrasi tersebut adalah Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Endro S. Yahman yang juga dosen Universitas Trisakti dan putra kelahiran Pringsewu menjelaskan bahwa Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang berisi 5 ideologi, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

“Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan hukum dasar tertulis negara Indonesia yang memuat norma fundamental negara. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah bentuk negara Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa, agama, dan budaya. Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan negara Indonesia yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu,” terangnya.

Endro S. Yahman juga menyampaikan bahwa demokrasi di Indonesia masih perlu terus diperkuat. Oleh karena itu, masyarakat perlu dilibatkan dalam proses demokrasi, seperti pemilihan umum dan musyawarah mufakat.

Endro S. Yahman memberikan ucapan selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan 1445 H kepada para peserta. Beliau menjelaskan bahwa puasa bukan hanya sekadar kewajiban agama, tetapi juga sebagai sarana untuk memperkuat keimanan dalam memperjuangkan keadilan sosial dan ekonomi.

“Puasa dipahami sebagai cara untuk menghayati kemiskinan dan ketidakmampuan, serta melatih kesabaran dan emosi,” pungkasnya. (Supri)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *